Ilustrasi Derkuku |
BiofarmingOrganik, Tulungagung - Maraknya jenis burung berkicau di kota Marmer, Tulungagung, tampaknya tak membuat eksistensi burung kicauan "lama" tergeser. Salah satunya adalah derkuku. Seperti yang diberitakan dalam Radar Tulungagung (10/12).
Budidaya burung derkuku dilakukan oleh sebagian warga desa Kedungwaru, Kecamatan Kedungwaru. Tak jauh-jauh, alasan membudidayakan burung berbulu abu-abu itu memiliki nilai jual tinggi, apalagi jika burung tersebut memenangi kontes. Salah satu peternak derkuku, David, mengaku bahwa burung tersebut memiliki daya tarik tersendiri, apalagi kalau bukan kicaunya yang khas.
Dibandingkan derkuku biasa, derkuku kelantan memiliki kelebihan. Suara derkuku klantan lebih halus, panjang, ulem, dan ada cengkokan. "Saya pilih derkuku karena ingin lestarikan budaya leluhur. Selain itu suaranya yang khas," ungkap David.
Derkuku klantan yang berkualitas diperoleh dari hasil persilangan dengan derkuku indukan dari luar. Jadi harus diperhatikan keturunannya. Faktor lain adalah pakan. Pemilihan pakan jangan dilakukan secara sembarangan karena dapat memengaruhi kualitas suara. "Kalau makanan sebenarnya murah, cukup pelet, beras merah, kacang hijau, dan air minum," imbuh pria berumur 38 tahun itu.
Ditanya soal harga, David tidak membeberkannya secara detil. Harga didasarkan pada kualita suara dan prestasi burung. Penjualan bisa dilakukan saat usia burung menginjak dua bulan. Namun, tak sedikit penggemar yang rela inden saat masih telur. "Saya dapat burung juara ASEAN YIE TR BF dari Trengganu, Malaysia. Harganya sekitar Rp35 juta. Itu karena memang kicaunya bagus," ujarnya.
Berbicara soal pemasaran, pria ini mengatakan bahwa pemasarannya merambah seluruh Indonesia. Paling banyak dari Jakarta, Bali, Solo, dan Yogyakarta. Untuk melatih suara, derkuku diikutkan dalam perlombaan yang diadakan dalam Liga Derkuku Indonesia (LDI). (wen/and)
bisa minta no hp bpk david, pak?
ReplyDeletesukses selalu ya mas David, jadi ikut senang
ReplyDeleteBurung alasan
ReplyDelete